Wall Street Jatuh

Jumat, 07 Mei 2010

Kejatuhan bursa Wall Street diduga karena adanya salah teknis ikut menyeret harga-harga komoditas lainnya. Harga minyak merosot, sementara harga emas melonjak 3% mendekati rekor tertingginya.

Gejolak di pasar komoditas itu terjadi setelah bursa Wall Street dilanda kepanikan menyusul jatuhnya indeks saham hingga 9% dalam 2 jam terakhir perdagangan, sebelum akhirnya membaik. Kesalahan teknis diduga menjadi pemicu jatuhnya bursa Wall Street, termasuk kekhawatiran masalah krisis utang di Eropa.

Sebuah rumor mengatakan, kejatuhan indeks Dow Jones diduga karena ada seorang pialang Citigroup yang salah memasukkan order saham Procter and Gamble dari yang seharusnya 16 juta ditulisnya 16 miliar.

"Pada titik ini, kita belum memiliki bukti bahwa Citi terlibat dalam kesalahan transaksi," ujar juru bicara perusahaan, Stephen Cohen.

Seorang juru bicara New York Stock Exchange mengatakan tidak ada masalah teknis di bursa.

"Kita tidak ada masalah teknis," ujar Eric Ryan.

Gejolak itu juga langsung memicu kepanikan dimana-mana, termasuk perdagangan kontrak minyak mentah dan emas.

Pada perdagangan Kamis (6/5/2010), kontrak utama minyak light sweet pengiriman Juni merosot 2,86 dolar menjadi US$ 77,11 per barel. Dalam 3 sesi perdagangan terakhir, kontrak ini ambles hingga 10,5%.

Sedangkan minyak Brent pengiriman Juni anjlok 2,78 dolar menjadi US$ 79,83 per barel.

"Harga minyak berjuang karena euro meneruskan kemerosotannya hingga ke titik terendah atas dolar AS. Penguatan dolar AS menghempaskan sentimen investor," ujar Myrto Sokou, analis dari Sucden Financial Research seperti dikutip dari AFP, Jumat (7/5/2010).

Sementara harga emas melonjak hingga 3% menembus US$ 1.200 per ounce, yang merupakan lonjakan terbesar dalam setahun terakhir. Krisis utang di Eropa dan jatuhnya bursa Wall Street memicu investor untuk melarikan investasinya ke tempat yang aman, termasuk emas.

Harga emas di pasar spot melonjak ke US$ 1.210,35 per ounce, tertinggi sejak 4 Desember 2009. Emas menembus rekor tertingginya di US$ 1.226,10 pada akhir Desember.

"Emas masih sebuah mata uang lain... namun ia tak memiliki masalaj utang. Ini bukan hanya sekedar masalah utang Yunani, tidak hanya masalah Eropa, namun masalah global. Emas adalah satu cara investor bisa mencoba melakukan diversifikasi di sebuah dunia dimana tidak ada aset yang bebas risiko," ujar Axel Merk, presiden Merk Mutual Funds seperti dikutip dari Reuters.